Powered By Blogger

design rumah

Latihan ini menunjukkan bagaimana desain rumah yang dibangun dari awal sampai akhir. rumah ini diatur di Kalimantan Timur karena itu dibangun untuk matahari bukan Utara Selatan.
Sepanjang sketsa dan foto-foto Anda akan melihat bagaimana bangunan diletakkan keluar dan berbagai tahap konstruksi.
Anda akan melihat bagaimana rencana dua dimensi mengambil bentuknya dalam tiga dimensi sebagai konstruksi berlangsung.
Sebagai seorang desainer interior atau mencoba belajar seni desain, salah satu keterampilan yang paling mendasar adalah untuk berpikir dalam tiga dimensi dan memvisualisasikan proyek di dalamnya dari keseluruhan sebelum dibangun.


 
Desain Brief:
(Untuk informasi tentang cara mendapatkan singkat klien yang baik)
Klien telah menemukan sebuah situs di atas sebuah danau ditetapkan dalam sebuah lembah yang dikelilingi oleh pegunungan. Dia ingin mengambil keuntungan dari matahari dan pandangan dari aspek-aspek sebanyak mungkin.
Sementara situs didirikan di atas bukit, itu tunduk pada angin sore tetapi penuh penggunaan outdoor living itu yang harus dicapai tanpa harus menanggung angin.
rumah itu akan mudah untuk tinggal dan dapat memiliki kamar tidur tamu terpisah dari sisa dari tempat tinggal, sedangkan wilayah tamu tidak sedang digunakan.
Tiga Kamar Tidur masing-masing dengan kamar mandi sendiri, daerah yang berdekatan konservatori cerah dapur diharuskan, serta daerah yang hidup dan api terbuka, ruang makan yang lebih besar untuk menampung meja makan dan kursi tanpa melanggar pada salah satu ruang lain dan masih berdekatan dengan dapur dan tempat tinggal sehingga ketiganya bisa interaktif dan arus.
Sebuah cucian dan garasi ganda dengan sebuah apartemen besar di atas yang dapat dikonversi menjadi lain apartemen atau flat pada tahap berikutnya semua bagian dari brief itu.
gaya itu harus sederhana, dengan sedikit rasa Tuscan dan masuk ke dalam lingkungan lokal memanfaatkan tidur kereta api tua dan jembatan balok untuk membuat merasa tua dan solid.

 
Desain Resolve:
Banyak aspek rumah seperti ini perlu terkotak dan bukannya mengambil satu kotak besar desain aditif digunakan.
Ini berarti mengambil persyaratan atau kamar yang diperlukan dan menghubungkan (menambahkan) mereka bersama-sama daripada mengambil kotak besar dan pemisahan itu menjadi kompartemen (dibagi).
Diagram sederhana gelembung pertama kali digunakan untuk menentukan ruang yang dibutuhkan dan hubungan mereka.
Anda dapat melihat dari diagram di bawah ini betapa sederhananya sebuah eksekusi itu, dan Anda hanya terus ulang sampai Anda mendapatkan everyroom mengalir seperti yang Anda inginkan.
Rasanya terlalu sederhana dan itu tetapi adalah sebuah proses yang sering diabaikan karena simpel dan melompat desainer dan mulai merencanakan tampilan eksterior dan kemudian mencoba dan cocok dengan kamar dalam, ini berarti bahwa Anda harus selalu kompromi.
Hati-hati perencanaan pada awal proyek berarti Anda akan mendapatkan hasil akhir yang Anda inginkan, jadi jangan buru-buru membayangkan tyourself bergerak di sekitar diagram gelembung dari kamar ke kamar, berpikir tentang membawa belanjaan dan pembongkaran rumah mereka, mencuci pakaian dan akses ke luar ruangan untuk menggantung keluar, memasak makanan dan menyajikannya di ruang makan.
Kerja dari skenario dan melihat apakah ruang yang bekerja sebagai tim. Hal ini lebih mudah untuk melakukan hal ini pada awal dari melakukan perubahan sekali framing terserah!

 


Diagram sederhana gelembung pertama kali digunakan untuk menentukan ruang yang dibutuhkan dan hubungan mereka.

 


Mengembangkan ruang.

 
Langkah berikutnya adalah mengembangkan hubungan ruang ke lingkungan sementara eksterior yang sama mencoba untuk mengkonfirmasi setiap hubungan ruang untuk yang lain dan menciptakan arus yang harmonis.
Setelah itu jigsaw itu mengambil bentuk dan ukuran ruang ditentukan.
Rencana sketsa kemudian mengambil bentuk dan sementara ada beberapa layout yang berbeda di sepanjang jalan, ini adalah proses dasar perencanaan ruang.
The ketinggian rumah itu dikembangkan melalui sketsa dan menghasilkan ide-ide. Saya tidak berpikir bahwa ada terlalu banyak cara yang formal untuk melakukan hal ini. metode saya adalah sketsa dan percobaan sampai bentuk yang menyenangkan mengambil bentuk.
Anda dapat menggunakan skala metode seperti bagian emas dan yang akan membantu menciptakan formalitas dan menciptakan aspek menyenangkan mata namun bentuk keseluruhan dan detail adalah kombinasi dari rencana dan itu hubungan dengan ketinggian serta merasa tiga interior dimensi atau kualitas ruangan.

  

drainase

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara natural maupun dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada got di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir.





Manajemen sampah yang tidak bagus dapat menyebabkan tersumbatnya sistem drainase, yang bisa menyebabkan meluapnya air akibat berkurangnya debit air yang dapat ditampung dan disalurkan oleh drainase.
Pertambahan jumlah penduduk juga menjadi masalah sendiri bagi daya tampung drainase. Meningkatnya jumlah penduduk berarti bertambahnya infrastruktur, yang diiringi oleh bertambahnya jumlah limbah yang dikeluarkan ke lingkungan.

Tanpa banyak berbasa-basi saya akan langsung menunjukkan bagaimana sumber daya air yang seharusnya begitu berharga malah berbalik menjadi sumber masalah yang rutin terjadi..
1. Kehilangan Air Akibat Konstruksi Rumah Tinggal
Kavling 10 m x 15 m
(Gbr 1 : Denah bangunan rumah tinggal )
Dari gambar diatas diketahui Panjang : 15,00 m dan lebar 10, 00 m.
Luas Bangunan : 10 m x 15 m –> A = 150 m2
Jika Tanah seluas 150 m2 dibebani hujan dengan intensitas (I) : 180 mm/hr , maka jumlah air hujan yang hilang akibat lahan yang tertutup bangunan adalah sebesar:
I = 180 mm/hr
I = 0.18/(24 x 60)
I = 0.000125 m/jam
Jumlah (Volume) air hujan yang hilang sebesar:
V = 0.000125 x 150
V = 0.01875 m3
Jika dalam 1 kawasan hunian terdapat 1000 rumah, maka Volume air yang berpotensi untuk hilang akibat lahan yang tertutup oleh bangunan adalah sebesar :
V lost = 0.01875 m3 x 1000
V lost = 18,75 m3
V lost = 18.750 liter –> Debit air (Q) yang hilang = 18,75 m3/jam = 18.750 liter/jam
Kalau diasumsikan hujan terjadi selama 10 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar :
V lost = 18.750 liter x 10
V lost = 187.500 liter
Sekarang coba kita asumsikan jika hujan tersebut terjadi diaerah (yang seharusnya menjadi daerah ) imbuhan air hujan seperti misalnya kota Bogor.
Dari data didapatkan luas wilayah Kota Bogor sebesar : 118 km2 = 118.500.000 m2 . Kita asumsikan 80% wilayah kota Bogor telah dimanfaatkan untuk bangunan dan fasilitas publik, maka volume air yang yang hilang akibat bangunan dan fasilitas publik adalah sebesar :
V lost = (0,8 x 118.500.000 m2) x 0,000125 m
V lost = 94.800 m2 x 0,000125 m
V lost = 11.850 m3
V lost = 11.850.000 liter –> Debit air (Q) yang hilang = 11.850 m3/jam = 11.850.000 liter/jam
Jika Hujan terjadi selama 5 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar :
V lost = 11.850.000 liter/jam x 5 jam
V lost = 59.250.000 liter
Jika hujan terjadi selama 10 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar :
V lost = 11.850.000 liter/jam x 10 jam
V lost = 118.500.000 liter ~ 119.000.000 liter
Mungkin sebagian dari yang membaca hasil perhitungan diatas menganggap angka-angka diatas tidak terlalu signifikan, tetapi saya katakan bahwa angka-angka tersebut baru mencari volume air yang hilang akibat bangunan (rumah tinggal), selanjutnya akan saya munculkan besar nya volume air yang hilang akibat sarana public, dalam hal ini saya mengambil konstruksi jalan raya antara Bogor-Jakarta.
2. Kehilangan Air Akibat Konstruksi Jalan
Potongan Melintang Jalan Raya
(Gbr 2 : Potongan melintang Konstruksi Jalan dan Tampak Atas)
Diasumsikan Type jalan adalah : Arteri ; 2 Jalur 2 Arah
Lebar Jalan = 12,00 m
Panjang Badan Jalan ( Bogor-Jakarta ) = 88 km –> 88.000 m
Luas Badan Jalan = 88.000 m x 12 m
A = 1.056.000 m2
Jika Konstruksi jalan tersebut dibebani hujan dengan intensitas (I) = 180 mm/hr –> 0,000125 m/jam
I= 0,000125 m/jam. Berarti tinggi muka air akibat hujan selama 1 jam = 0,000125 m.
Volume air yang hilang (V lost) = 1.056.000 m2 x 0,000125 m
V lost = 132 m3
V lost = 132.000 liter
Equivalent dengan Debit air (Q) yang hilang = 132 m3 /jam –> 132.000 liter/jam.
Jika hujan yang terjadi selama 10 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar :
–> V lost = 132.000 liter/jam x 10 jam
–> V lost = 1.320.000 liter
Direncanakan penggunaan sumur resapan untuk mengimbuhkan air hujan kedalam tanah, diasumsikan dimensi sumur resapan yang akan dipergunakan adalah : diamater (d) : 40 cm dan tinggi (h) : 100 cm.
Volume Sumur Resapan = (1/4 x phi x d^2) x h
Volume Sumur Resapan = (1/4 x 3,14 x 0,4^2) x 1
Vol’ Sumur = 0, 1256 m3 ~ 0,126 m3
Vol’ Sumur = 126 liter …………………………………………………………. Cara (1)
Cek dgn Rumus Volume Silinder –> V= phi x r^2 x h
Volume Sumur Resapan = 3,14 x 0,2^2 x 1
Vol’ Sumur = 0, 1256 m3 ~ 0,126 m3
Vol’ Sumur = 126 liter …………………………………………………………. Cara (2)
Kontrol –> Cara (1) dan Cara (2) hasilnya sama : 0,126 m3 = 126 liter –> Ok..!!
Jika volume hilang air hujan akibat perumahan dan akibat jalan dijumlahkan, maka total volume air hujan yang hilang akibat hujan selama 10 jam adalah sebesar :
V lost = (119.000.000 liter + 1.320.000 liter)
V lost = 120. 320.000 liter, jika dalam meter kubik (m3) –> V lost = 120.320 m3
Jumlah Sumur Resapan yang dibutuhkan sepanjang 88 km :
n = (120. 320.000 liter /126) / 88
n = 10.851,37 ~ 10.852 buah
Jika sumur resapan akan dipasang pada saluran drainase sisi kiri dan sisi kanan jalan, maka pada saluran drainase kiri dipasang 5.426 buah sumur resapan dan dibagian kanan juga 5.426 buah.
Jarak antar sumur resapan (s) = 88.000 m / 5.426 buah
s = 16, 22 ~ 16,20 meter
–> Jadi sumur resapan dipasang dengan jarak antar sumur (s) : 16,20 meter.
Saya sempat berhenti sejenak ketika melihat angka-angka diatas, Saya yakin anda mengerti maksud saya, hanya dengan durasi hujan 10 jam saja, volume air yang akan dilimpaskan ke Jakarta sudah sebesar : 120. 320.000 liter (120.320 m3) . Pertanyaan yang muncul di otak saya adalah :
  • Bagaimana jika daerah-daerah tangkapan air hujan yang lain (selain Bogor) juga ikut “mengirimkan” air limpasan dengan volume yang (mungkin) lebih besar ke Jakarta..?
  • Bagaimana jika volume air limpasan dari daerah-daerah tangkapan air hujan yang lain juga dimasukkan sebagai variabel dalam perencanaan sistem drainase sumur resapan part II ini..?
  • Bagaimana jika hujan di daerah-daerah imbuhan/tangkapan air terjadi selama 1 hari penuh (24 jam)..? Bagaimana jika hujan terjadi selama 2 hari penuh (48 jam)..? Tentu Volume air yang akan “dikirim” Jakarta akan jauh lebih besar..
Tapi untuk menjawab 3 pertanyaan diatas tentu tidak sesederhana yang dibayangkan, butuh variabel-variabel data yang akurat dan proses perhitungan/perencanaan yang lebih kompleks tentunya.. :-)
Hasil dari perhitungan-perhitungan (perencanaan) diatas, selanjutnya di integrasikan dalam bentuk gambar seperti gambar dibawah ini :
Penampang Melintang Jalan dan Penempatan Sumur Resapan
Gbr3 : Konstruksi Jalan–Potongan melintang, tampak atas , penempatan sumur resapan dan dimensi)
Pada proses perencanaan diatas, saya menyebutkan kota Bogor sebagai daerah imbuhan (tangkapan) air hujan, dan Jakarta sebagai kota limpasan. Pertanyaan yang muncul dari hal tersebut adalah, apakah perencanaan diatas dapat dijadikan solusi mengatasi masalah banjir yang belakangan sering melanda kota Jakarta? Jawaban saya adalah : Kota Jakarta sendiri berhadapan dengan bahaya banjir akibat beban guyuran air hujan yang melanda kota tersebut. Selain itu, masalah lain kota Jakarta adalah kondisi tanah dan topografi daerah yang berbentuk cekungan. Untuk masalah ini, tentunya perencanaan diatas tidak dapat dipergunakan sebagai solusi..Apakah ada solusi yang lain..?? Yah tentu saja ada, karena solusi masalah berkaitan dengan hal-hal yang bersifat teknis..dan setiap insinyur dan perencana diarahkan dan dikondisikan untuk selalu bisa menyelesaikan masalah-masalah teknis.
Untuk masalah banjir di Jakarta yang diakibatkan karena topografi daerahnya yang berbentuk cekungan, solusi yang mungkin adalah sistem drainase pipa resapan atau dengan membuat sistem kanal banjirseperti yang sudah ada saat ini. Tetapi sistem kanal banjir juga harus didukung oleh perilaku masyarakat untuk tertib menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tidak membuang sampah ke daerah kanal banjir yang aslinya diperuntukkan sebagai sistem drainase pencegah banjir.
Sementara perencanaan sistem drainase sumur resapan diatas dimaksudkan hanya untuk mengurangi volume air hujan kiriman dari daerah imbuhan seperti Bogor ke daerah limpasan seperti Jakarta, yang mana selama ini dianggap bahwa banjir di kota Jakarta terjadi akibat air hujan kiriman dari daerah-daerah tangkapan /imbuhan di kota-kota sekitarnya.
Diakhir tulisan ini, saya kembali menekankan bahwa angka-angka hasil perhitungan diatas bukanlah hasil yang absolut. Kenapa saya katakan demikian? karena variabel-variabel yang dipergunakan mungkin saja kurang lengkap dan dapat berubah. Seperti prosentase penggunaan lahan sebagai area imbuhan air hujan, dimensi jalan raya, intensitas hujan, durasi hujan, dimensi sumur resapan yang akan dipergunakan, ketelitian saat menghitung angka-angka (saya sendiri juga tidak yakin apa hitungan-hitungan diatas sudah teliti atau belum), dsb. Satu hal yang bisa saya pastikan pada anda semua adalah, variabel-variabel yang dipergunakan dalam proses perencanaan sistem drainase sumur resapan dapat saja berubah, dirubah, atau dimodifikasi.. Tetapi prinsip perencanaan nya adalah seperti yang sudah yang saya tunjukkan diatas.
Akhirnya, saya hanya bisa berkata : semoga tulisan saya hari ini bisa memberikan sedikit manfaat pada kita semua. Tidak ada motifasi apapun dibalik tulisan saya kali ini, bukan bermaksud “menggugat” ataupun “menggurui” , saya pribadi pun masih harus banyak belajar..Karena pemilik ilmu yang hakiki adalah “Dia”..Allah, Zat yang maha tinggi lagi maha bijaksana..
Tags: ‘Sistem drainase’ ‘drainase perkotaan’ ‘Sumur resapan’ ’sistem drainase sumur resapan’ ‘pencegah banjir’ ’solusi pencegah banjir’ ’sistem drainase pencegah banjir’ ’solusi pencegahan banjir di jakarta’ ’sistem kanal banjir’ ’sistem drainase pipa resapan’ ‘hujan dan bahaya banjir’